22 June 2016 | 15.40 WIB
One-East.com - Memadukan gaya modern dengan arsitektur bergaya tradisional merupakan hal yang variatif dalam konsep mendekorasi hunian. Konsep dekorasi seperti ini pun sering kali digunakan ketika ingin memberikan tampilan muka rumah (fasad) yang khas sesuai dengan latar budaya.
Menentukan desain tampilan depan rumah sering kali dipadukan dengan berbagai unsur tradisional, mulai dari penerapan bahan material atau detail motif yang digunakan. Meski begitu, dalam merancang desain fasad tentu tidak boleh melepaskan fungsi dan tampilan dari bangunan tersebut.
Selain itu, pahami juga cara perawatannya dan perbaikannya, karena jika mengalami lembab udara yang menimbulkan jamur pada kayu bangunan dapat dengan mudah menanganinya. Terlebih lagi, pada bangunan Betawi yang sebagian besar menggunakan bahan kayu pada tiap materialnya.
Nah, jika Anda ingin menerapkan gaya arsitektur tradisional khas Indonesia, seperti etnik Betawi tentu dapat disesuaikan sesuai dengan detail rumah adatnya. Berikut ini yang telah dirangkum oleh One-East.com mengenai cara agar tampilan gaya etnik pada desain fasad hunian Anda selaras dengan gaya modern.
Terapkan motif atau pola etnik
Penerapan unsur tradisional dapat dilakukan ketika penggunaan material khas dari rumah adat Betawi. Misalnya, Anda bisa terapkan sesuai dengan detail rumah betawi, karena pada dasarnya rumah tradisional Betawi terbagi tiga jenis, yaitu Rumah Gudang, Rumah Joglo, dan Rumah Bapang atau Kebaya.
Karena itu, ragam hias pada rumah-rumah Betawi yang berbentuk sederhana dengan motif-motif geometris bisa dipadukan dengan hunian modern Anda, seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi tiga, lengkung, setengah bulatan, bulatan, dan sebagainya.
Penerapan karakteristik arsitektur tradisional
Agar tampilan muka hunian Anda semakin kental dengan karakteristik budaya Betawi, gunakan juga bahan material yang khas di rumah tradisional Betawi. Bahan-bahan yang dipergunakan pada bangunan rumah betawi sebagian besar berupan kayu. Mulai dari kayu sawo, kayu kecapi, bambu, ijuk, rumbia, genteng, kapur, pasir, semen, ter, plitur, dan batu untuk pondasi tiang.
Selain itu, kayu nangka atau bambu biasanya digunakan sebagai pengisi sebagian lebih dari material hunian masyarakat Betawi yang tinggal di daerah pesisir. Bila ada bangunan bergaya Betawi yang sudah menggunakan dinding setengah tembok sebagai pengisi berarti telah dipengaruhi oleh gaya arsitektur dari Belanda.