01 December 2016 | 10.44 WIB
OneEast.co.id - Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dalam beberapa tahun terakhir secara umum meningkat di seluruh dunia. Terlebih di beberapa negara yang cukup tinggi aktivitas seks bebasnya memiliki jumlah kasus yang tak sedikit.
Meski begitu, para ahli kedokteran pun tidak di dunia tidak tinggal diam untuk melakukan berbagai penelitian dalam pembuatan vaksin HIV / AIDS. Di Afrika Selatan, kini sedang menguji sebuah vaksin HIV baru yang telah diteliti hingga tujuh tahun lamanya.
Direktur National Institute NIH Alergi dan Penyakit Menular Dr Anthony Fauci menjelaskan, pada dasarnya vaksin HIV cukup efektif untuk mencegah penyakit menular terutama dari hubungan seks bebas.
"Vaksin menjadi alat pencegahan HIV yang sangat terbukti aman dan efektif mencegah. Vaksin ini bisa melindungi populasi masyarakat yang tinggal di negara-negara yang berisiko tinggi infeksi," kata Dr Anthony, seperti dilansir dari laman Livescience, Kamis (1/12/2016).
Lanjutnya, misalnya di wilayah Afrika Selatan terdapat 1.000 orang telah tertular HIV, karena itu vaksin tersebut cocok dikembangkan di wilayah tersebut. Sebelumnya, vaksin HIV telah dilakukan uji coba di Thailand pada 2003, dan pada 2009 diungkapkan bahwa vaksin tersebut cukup efektif hingga 31 persen untuk mencegah tertularnya HIV / AIDS selama 3,5 tahun.
Nah, tak lama lagi wilayah Afrika Selatan baru akan menggunakan vaksin HIV seperti yang diterapkan di Thailand. Hanya perlu ada beberapa modifikasi dengan cara lain sehingga pencegahannya menjadi lebih lama.
Sebanyak 5.400 orang yang aktif secara seksual baik pria ataupun wanita berusia 18 sampai 35 tahun yang belum terjangkit virus HIV. Namun, hasilnya diharapkan baru dapat dilihat pada 2020 mendatang.
"HIV telah menghancurkan penduduk Afrika Selatan. Tapi sekarang kita mulai eksplorasi ilmiah yang bisa memberikan harapan baru," ujar Glenda Gray, CEO Medical Research Council Afrika Selatan.
Nantinya para peserta dalam studi baru ini akan secara acak menerima vaksin studi atau plasebo. Jika ada peserta terinfeksi HIV, maka dirujuk ke staf medis lokal untuk perawatan, dan akan menasihati tentang cara untuk mengurangi risiko penularan HIV.