01 December 2016 | 14.23 WIB
OneEast.co.id - Tingginya jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia paling banyak terjadi oleh para ibu rumah tangga. Tercatat pada data 2014 lalu jumlah ibu rumah tangga yang menderita HIV / AIDS sebanyak 6.539. Hal ini tentu juga dipengaruhi karena minimnya fasilitas peralatan untuk menanggulangi HIV / AIDS di Indonesia.
Data yang dihimpun dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) selama tahun 2007 hingga 2014 mengungkapkan bahwa jumlah ibu rumah tangga di Indonesia yang terpapar HIV / AIDS lebih besar dibanding jumlah seks komersial maupun sektor pekerja. Seharusnya, angka tersebut bisa diminimalisir jika didukung dengan peralatan yang memadai di setiap rumah sakit atau klinik.
Karena itu, meskipun hingga kini belum ada obatnya, namun langkah penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan. Bahkan, beberapa peneliti pun terus melakukan uji coba terkait vaksin yang dapat mencegah tertular dari HIV / AIDS. (Baca juga: Hari AIDS Sedunia: Tak Lama Lagi Vaksin HIV Baru akan Diuji Coba)
Di Indonesia langkah penanggulangan terhadap penderita HIV / AIDS dilakukan oleh para dokter dan tenaga medis lainnya. Berbagai program penanggulangan penyakit mematikan ini sudah dijalankan di beberapa wilayah yang memiliki jumlah cukup besar.
"Kami ada komite penanggulangan HIV/AIDS. Sudah ada bagiannya sendiri yang berperan akan hal itu," jelas Ketua bidang organisasi dan sistem informasi kelembagaan PB IDI Dr. Mahesa Paranadipa, MH, seperti yang dikutip dari laman Okezone.com.
Lanjutnya, untuk mendeteksi secara dini ada beberapa metode penanganan yang bisa diterapkan. Tapi saat ini alatnya masih belum lengkap secara menyeluruh, karena itu kurangnya fasilitas yang memadai menjadi penghambat dalam menangani HIV / AIDS di Indonesia.
“Bila mengalami masalah kesehatan akibat HIV/AIDS, sudah pasti bisa dicover oleh dokter di layanan kesehatan primer. Selain itu, penanggulan lainnya ketika ada penyakit lain yang butuh ditangani ke dokter spesialis, maka akan di rujuk ke tenaga medis terkait,” tutupnya.